Kali ini aku ingin berbagi sebuah pengalaman baru bagi saya yang miskin ilmu ini. Coretan ini dimulai ketika aku jatuh cinta pada seorang gadis yang taat beribadah. Aku mencintainya karena kecintaannya pada Allah.
Rasulullah SAW bersabda, “Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita karena agamanya, niscaya engkau akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dan jika saya serius ingin mengenal dia, harus mengenalnya dengan cara ta'aruf. Ya!!! Ta'aruf (perkenalan secara syar'i) yang akan mengantarkan dua orang insan kepada mahligai terindah dalam kehidupan manusia yaitu pernikahan. Karena saya masih belum terlalu mengetahui cara-cara ta'aruf yang baik, kiat-kiat ta’aruf Islami yang benar agar nantinya tercipta rumah tangga sakinah mawaddah warohmah. Jika dibawah ini yang dinamakan ta'aruf tersebut itu karena orang-orang hebat yang ada disekitarku dan terus mengajariku dan membimbingku. Tapi jika ini bukan ta'aruf, saya pribadi mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kebodohan saya, buat seluruh umat muslim khususnya pembaca blog ini.
1. Memohon Petunjuk kepada Allah
Ketika seseorang menarik
hatiku dan aku menginginkan dia untuk menjadi istriku, pertama-tama
yang akan aku lakukan adalah memohon petunjuk
kepada Allah dengan istikharoh agar
Allah SWT memberikan jawaban yang terbaik. Ustadz selalu mengajari untuk
istikharah sebelum tidur dan setelah sholat isroq di pagi hari. Agar
semua aktivitas kita mendapat petunjuk oleh Allah.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui" (Qs. Al-Baqarah: 216)
Ustadz berkata, dalam melakukan istikharoh ini, jangan ada kecenderungan dulu pada pilihan kita. Tapi netralkan dulu pilihan, jangan berharap dan ikhlaskanlah semua hasilnya pada Allah SWT. Luruskan niat kita, bahwa kita menikah karena Allah dan ingin mendapat ridhoNya sehingga benar-benar terbentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Seseorang biasanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diniatkannya.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui" (Qs. Al-Baqarah: 216)
Ustadz berkata, dalam melakukan istikharoh ini, jangan ada kecenderungan dulu pada pilihan kita. Tapi netralkan dulu pilihan, jangan berharap dan ikhlaskanlah semua hasilnya pada Allah SWT. Luruskan niat kita, bahwa kita menikah karena Allah dan ingin mendapat ridhoNya sehingga benar-benar terbentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Seseorang biasanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diniatkannya.
2. Konsultasi dengan Ustadz, Orang tua, atau Wali kita
Setelah aku melakukan
istikharoh selama beberapa hari dan adanya kemantapan
hati, maka aku mulai memberanikan diri untuk berkonsultasi pada Ustadz.
Bagiku seorang guru adalah orang tua dan wali Allah. "Dekatlah dengan
orang-orang yang dekat denganKu"
"Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku mengumumkan perang terhadapnya dari-Ku. Tidak ada yang paling Aku cintai dari seorang hamba kecuali beribadah kepada-Ku dengan sesuatu yang telah Aku wajibkan kepadanya. Adapun jika hamba-Ku selalu melaksanakan perbuatan sunah, niscaya Aku akan mencintanya. Jika Aku telah mencintainya, maka (Aku) menjadi pendengarannya yang dia mendengar dengannya, (Aku) menjadi penglihatan yang dia melihat dengannya, menjadi tangan yang dia memukul dengannya, menjadi kaki yang dia berjalan dengannya. Jika dia memohon kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan dan jika dia minta ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni, dan jika dia minta perlindungan kepada-Ku, niscaya akan Aku lindungi." (Hadits Qudsi)
"Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku mengumumkan perang terhadapnya dari-Ku. Tidak ada yang paling Aku cintai dari seorang hamba kecuali beribadah kepada-Ku dengan sesuatu yang telah Aku wajibkan kepadanya. Adapun jika hamba-Ku selalu melaksanakan perbuatan sunah, niscaya Aku akan mencintanya. Jika Aku telah mencintainya, maka (Aku) menjadi pendengarannya yang dia mendengar dengannya, (Aku) menjadi penglihatan yang dia melihat dengannya, menjadi tangan yang dia memukul dengannya, menjadi kaki yang dia berjalan dengannya. Jika dia memohon kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan dan jika dia minta ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni, dan jika dia minta perlindungan kepada-Ku, niscaya akan Aku lindungi." (Hadits Qudsi)
3. Menentukan waktu yang tepat untuk silaturahmi ke rumah akhwat
Biasanya setelah
mendapat restu dari orang tua dan ustadz, saya akan memberanikan diri
untuk berkunjung ke rumah akhwat untuk mengungkapkan cinta saya kepada
orang tua akhwat dan akhwat sendiri. Saya akan mengatakan kepada
keluarga akhwat akan datang kembali bersama orang tua saya jika
diijinkan untuk menindaklanjuti niat baik saya. Mungkin saya
tidak datang seorang diri, untuk menghindarkan fitnah dan untuk
membedakan dengan orang lain yang terkenal di masyarakat dengan istilah
’ngapel’ (pacaran). Dan saya akan memilih waktu yang tepat untuk
bersilaturahmi.
Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seseorang mencintai saudaranya, hendaklah dia mengatakan cinta kepadanya.” (Abu Dawud dan Tirmidzi)
Anas r.a. mengatakan bahwa seseorang berada di sisi Rasulullah saw., lalu salah seorang sahabat melewatinya. Orang yang berada di sisi Rasulullah tersebut mengatakan, “Aku mencintai dia, ya Rasulullah.” Lalu Nabi bersabda, “Apakah kamu sudah memberitahukan dia?” Orang itu menjawab, “Belum.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Beritahukan kepadanya.” Lalu orang tersebut memberitahukannya dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.” Kemudian orang yang dicintai itu menjawab, “Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.” (Abu Dawud)
Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seseorang mencintai saudaranya, hendaklah dia mengatakan cinta kepadanya.” (Abu Dawud dan Tirmidzi)
Anas r.a. mengatakan bahwa seseorang berada di sisi Rasulullah saw., lalu salah seorang sahabat melewatinya. Orang yang berada di sisi Rasulullah tersebut mengatakan, “Aku mencintai dia, ya Rasulullah.” Lalu Nabi bersabda, “Apakah kamu sudah memberitahukan dia?” Orang itu menjawab, “Belum.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Beritahukan kepadanya.” Lalu orang tersebut memberitahukannya dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.” Kemudian orang yang dicintai itu menjawab, “Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.” (Abu Dawud)
4. Menentukan waktu ta’aruf dengan keluarga akhwat
Setelah mendapat
sambutan yang baik oleh keluarga akhwat, saya pun segera memutuskan
untuk berkenalan dengan keluarga besarnya bersama keluarga saya juga
atau wali saya. Ini memang sengaja harus selalu saya komunikasikan
dengan dengan orang yang berpengalaman khususnya keluarga saya karena
bagi saya menikah adalah sesuatu yang sakral dan kalau bisa harus
dilakukan sekali seumur hidup. Jadi siapapun jodoh saya nanti, itulah
pilihan terbaik saya. Dan waktu yang tepat juga sangat dibutuhkan dalam
proses ini.
5. Keluarga saya akan mengundang silaturahim akhwat
ke rumah saya.
Dalam hal menikah tanpa pacaran, adalah wajar jika orang tua saya ingin mengenal calon menantunya (akhwat). Maka sah-sah saja, jika orang tua saya ingin berkenalan dengan akhwat (calon menantunya). Sebaiknya ketika datang ke rumah saya nanti, akhwat datang bersama keluarganya, untuk menghindari terjadinya fitnah. Dalam hal ini bisa saja akhwat ditemani muhrimnya, Ustadzahnya ataupun teman pengajiannya.
Dalam hal menikah tanpa pacaran, adalah wajar jika orang tua saya ingin mengenal calon menantunya (akhwat). Maka sah-sah saja, jika orang tua saya ingin berkenalan dengan akhwat (calon menantunya). Sebaiknya ketika datang ke rumah saya nanti, akhwat datang bersama keluarganya, untuk menghindari terjadinya fitnah. Dalam hal ini bisa saja akhwat ditemani muhrimnya, Ustadzahnya ataupun teman pengajiannya.
6.Menentukan Waktu Khitbah
Setelah terjadinya
silaturahim
kedua belah pihak, dan sudah ada kecocokan visi dan misi dari kita
berdua (saya dan akhwat) juga dengan keluarga besarnya, maka segera
menentukan
kapan waktu untuk mengkhitbah (meminang) akhwat. Semoga jarak waktu
antara ta’aruf dengan
khitbah nantinya, tidak terlalu lama, karena takut menimbulkan fitnah.
7. Khitbah (Meminang)
Setelah terjadinya
silaturahim
kedua belah pihak, dan sudah ada kecocokan visi dan misi dari saya dan
akhwat
juga dengan keluarga besarnya, maka kita akan segeralah menentukan waktu
untuk mengkhitbah akhwat. Dan proses khitbah harus sesuai dengan syar'i
dan budaya setempat. Semoga dengan
menjalankan kiat-kiat diatas pernikahan saya nanti di ridhoi oleh Allah
dan dimudahkan segala urusannya. Dan semoga terbentuk
rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warohmah, istiqomah, khusnul
khotimah…yang menjadi dambaan setiap
keluarga muslim baik di dunia maupun di akhirat. Amin